...Siapakah yang Ukhti Pilih?...???????????????????
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...Menikah, satu kata ini akan menjadi
sesuatu yang sangat berarti bagi pemuda ataupun pemudi yang sudah
mencapai usia remaja. Remaja yang sudah mulai memiliki rasa
...
tertarik
dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan pasangan yang diimpikan
menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu, hatinya akan merenda mimpi,
membayangkan masa depan yang indah bersamanya.
Saudariku
muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua menginginkan pasangan
hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan duka, bersama dengannya
membangun rumah tangga yang bahagia, sampai menapaki usia senja, bahkan
menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu kita tidak ingin bahtera tumah
tangga yang sudah terlanjur kita arungi bersama laki-laki yang menjadi
pilihan kita kandas di tengah perjalanan, karena tentu ini akan sangat
menyakitkan, menimbulkan luka mendalam yang mungkin sangat sulit
disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi buah hati yang mungkin
sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah Ta’ala, Robb sekaligus
Illah kita satu-satunya sangat membenci perceraian, meskipun hal itu
diperbolehkan jika memang keduanya merasa berat. “Mencegah lebih baik
daripada mengobati.” Itulah slogan yang biasa dipakai untuk masalah
kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang tentunya jauh lebih urgen
dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi kita untuk memakai slogan
ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.
Saudariku
muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat
memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita
yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek
matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada
juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya
saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena
kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan
menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.
Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria – kriteria tersebut
untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan tujuan
utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang
bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan
menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang
muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang
sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian
hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita
dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika
kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan
kepada Allah.
Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:
1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik,
dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara
sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak,
serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang melamar
kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah
dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di
bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Seorang
laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang putri,
siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali menjawab,
“Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia senang ia
akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka zalim
kepadanya.”
2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan
orang fasiq, yaitu orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat
dosa, dan lain-lain.
“Siapa saja menikahkan wanita yang di
bawah kekuasaanya dengan laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali
keluarga.” (HR. Ibnu Hibban, dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi)
Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak patut
dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.”
(Majmu’ Fatawa 8/242)
3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.
4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.
5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.
6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.
7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya:
Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan;
memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau
gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri
dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam
tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi
peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya;
memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani
istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga
istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya;
memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga
istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting
bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.
Satu
hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang sholeh itu
tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak boleh kita
tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk kita, serta
bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...