Sabtu, 22 Desember 2012

Solat Tahajud Boleh Mencegah Penyakit Kanker

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim....
Sholat tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapatkan tempat (maqam) te
rpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Mohammad Sholeh, Pensyarah IAIN Surabaya, salah satu salat sunah itu bisa membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker. Tidak percaya? “Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahjjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar,khusuk, dan ikhlas, niscaya anda terbebas dari infeksi dan kanker”. Ucap Sholeh.

Ayah dua anak itu bukan ‘tukang obat’ jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul ‘Pengaruh Sholat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Respons ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi” Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.

Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi.



Sholat tahajjud yang dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan.

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya anatara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul 24:00- normalnya antara 69-345 nmol/liter. “Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai pukul 02-00-3:30 sebanyak 11 rakaat, masing-masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika).

Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud memiliki ketahanan tubuh dan kemampuan individual untuk menanggulangi masalaSolat tahajjud ternyata tidak hanya membuat seseorang yang melakukannya mendapat tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra: 79) tapi juga sangat penting bagi dunia perubatan. Menurut hasil kajian Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu solat sunat itu dapat membebaskan seseorang daripada serangan jangkitan dan penyakit kanser. Tidak percaya? "Cubalah anda rajin-rajin solat tahjjud. Jika anda melakukannya secara rutin, benar, khusyuk, dan ikhlas, nescaya anda terbebas dari jangkitan dan kanser ". Ucap Sholeh.

Ayah dua anak itu bukan 'tukang ubat' jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam desertasinya yang berjudul 'Pengaruh Solat tahajjud terhadap peningkatan Perubahan Respons ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Psiko-neuroimunologi "Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil meraih gelaran doktor dalam bidang ilmu perubatan pada Program Pasca Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.

Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakan ibadah solat tambahan atau solat sunat. Padahal jika dilakukan secara berterusan, tepat gerakannya, khusyuk dan ikhlas, secara perubatan solat itu menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menangani masalah yang dihadapi.

Solat tahajjud yang dimaksudkan Soleh bukan sekadar menggugurkan status solat yang muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi rutinitas solat, ketepatan gerakan, kekhusyukan, dan keikhlasan.

Selama ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan mental psikik. Namun sebenarnya soal ini dapat dibuktikan dengan teknologi perubatan. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol.

Parameternya, banyak Sholeh, boleh diukur dengan keadaan tubuh. Pada keadaan normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari biasanya anatara 38-690 nmol / liter. Sedang pada malam hari-atau selepas pukul 24:00 - normalnya antara 69-345 nmol / liter. "Kalau jumlah hormon kortisolnya normal, boleh diindikasikan orang itu tidak ikhlas kerana tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya sambil menegaskan penemuannya ini yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam) semata-mata dogma atau doktrin.

Sholeh mendasarkan penemuannya itu melalui satu kajian terhadap 41 responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Kuala Lumpur. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan solat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan solat tahjjud selama dua bulan. Solat bermula pukul 02-00-3:30 sebanyak 11 rakaat, masing-masing dua rakaat empat kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka diukur di tiga makmal di Kuala Lumpur (paramita, Prodia dan Klinika).

Hasilnya, didapati bahawa keadaan tubuh seseorang yang rajin bertahajjud secara ikhlas berbeza jauh dengan orang yang tidak melakukan tahajjud. Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajud mempunyai ketahanan tubuh dan kemampuan individu untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi dengan stabil. "Jadi solat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologi yang boleh mempengaruhi kawalan kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress, "katanya.

Nah, menurut Soleh, orang stres itu biasnya terdedah sekali terhadap penyakit kanser dan jangkitan. Dengan solat tahjjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit jangkitan dan kanser. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik perubatan menunjukan, solat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. (Taken from mailist bdi-kps)

masalah yang dihadapi dengan stabil. “Jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan seseorang dari stress,” katanya.

Nah, menurut Sholeh, orang stres itu biasnya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan sholat tahjjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik, yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan tubuh yang baik.

Subhanallah....!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar